Komoditi Teh PTPN IV Diprediksi Masuk Pasar Ritel
3 min readINTIPOS | MEDAN – Komoditi teh PTPN IV dipreksi bakal masuk pasar ritel mengingat kualitas dan mutu teh yang diproduksi , tidak kalah bersaing dengan negara negara penghasil komoditi yang sama. Karena itu, kebun teh PTPN IV harus bisa mandiri dan dapat melakukan penjualan secara ritel .Demikian dikatakan , Direktur PTPN IV Sucipto Prayitno Rabu (9/92030) di Medan.
Menurutnya, budaya ‘ngeteh’ di Indonesia, tidak kalah pamor dengan budaya ‘ngopi’. Baik di rumah, di café dan di perkantoran. Bahkan kita bisa dengan mudah menemui masyarakat yang asyik menyeruput teh hangat atau menegak gelas-gelas es teh”, sebut Direktur PTPN IV Sucipto Prayitno. Bahkan budaya ngeteh yang semakin trend belakangan ini, bahasa lifestyle: Ngeteh deh……, selesai masalah loe! Teh adalah eksotik, teh adalah cantik, teh adalah sejuk dan menenangkan”, ujar Sucipto Prayitno.
Perkebunan teh PTPN IV juga disebut sebagai ” Ikon ” Provinsi Sumatera Utara , yang memiliki teh khasnya tersendiri. Siapa yang tidak mengenal perkebunan teh Sidamanik, Bah Butong dan Tobasari milik PT Perkebunan Nusantara IV.,ujar orang nomor satu itu.
baca juga : Gugus Tugas Covid-19 Pacitan Gandeng Komunitas Untuk Penegakkan Disiplin Protokol Kesehatan
Sucipto Prayitno menjelaskan , perkebunan teh milik PTPN IV ini dengan luas areal Hak Guna Usaha (HGU) 6.373,29 hektare, yang sekaligus bukan hanya sebagai unit produksi saja, tetapi sudah sebagai heritage perkebunan dan merupakan kebanggaan masyarakat Provinsi Sumatera Utara, khususnya di Kabupaten Simalungun dan menjadi salah satu destinasi wisata bagi masyarakat hingga kini.
Menyinggung kinerja operasional kebun teh PTPN IV sampai Agustus 2020 ini telah melampaui 21,55% dibanding tahun lalu yang hanya 5.371 ton teh hitam.
Hal ini telah dilakukan perbaikan pemeliharaan tanaman dengan seri Gambung yang sudah mencapai 95%”, kata Sucipto Prayitno.
baca juga : https://siberindo.co/09/09/2020/dua-tewas-dalam-kecelakaan-beruntun-di-tol-solo-semarang/
Diakui , saat ini harga jual rata-ratanya memang belum menggembirakan, namun untuk menutupi harga pokok dan mendapat margin, korporasi akan melakukan diversifikasi produk dan penjualan secara ritel, kata Sucipto Prayitno.
Versifikasi Produk_Board of Manajemen_ (BOM) PTPN IV merasa terpanggil untuk membangkitkan kembali keberadaan komoditi teh ini harus menghasilkan laba bagi perusahaan. Karena itu , kebun teh PTPN IV harus bisa mandiri dan dapat melakukan penjualan secara ritel”, ujar Sucipto Prayi mengulangi.
Added value_ teh dalam bentuk teh hijau maupun teh hitam pangsa pasar ritelnya cukup tinggi untuk produk teh kemasan (ready to drink). Jenis bubuk atau celup masih diminati oleh masyarakat, sehingga perlu dilakukan terobosan pengembangan ritel teh dengan menjual teh secara eceran yang dikemas lebih menarik”, ujar Sucipto Prayitno. Launching penjualan teh dalam kemasan akan dilaksanakan pada tahun ini. “Tercatat saat ini varian rasa minuman teh dalam kemasan PTPN IV ada 2 macam yakni Butong Tea dan Tobasari Tea,” demikian kata Sucipto Prayitno.
Disebutkan sebagai pangsa , untuk mendongkrak penjualan, PTPN IV sudah membidik pasar ritel tradisional, seperti keluarga besar PTPN IV yang berjumlah sekitar 76.000 orang, belum termasuk karyawan purna bhakti ada sekitar 44.000 orang, kemudian akan bergerak ke pasar modern. Sementara Kabag Sekertariat Perusahaan PTPN IV Riza Fahlevi Naim mensmbahkan, sebagai pemain baru di tengah persaingan pasar yang cukup ketat, PTPN IV akan fokus lebih mendekat dengan konsumen”,
baca juga : Kecelakaan Beruntun di Tol Solo-Semarang, 2 Orang Tewas Ditempat
Agrowisata_Kebun Teh PTPN IV (Bah Butong, Sidamanik dan Tobasari) terletak di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara, memiliki potensi agrowisata cukup besar, karena bentangan alam dan hsmparan tanaman teh yang sangat menarik serta asri untuk menjadi daerah tujuan wisata, kata Riza Fahlevi Naim.
Destinasi wisata ini juga memiliki air terjun Bah Biak, instalasi pompa air peninggalan Belanda dari sumber mata air, proses budidaya teh dan proses pengolahan teh, perumahan staf yang dibangun Belanda dapat dijadikan guest house, tutup Riza Fahlevi Naim.(r)