Upacara Adat Tradisi Ceprotan Desa Sekar Akan Digelar Secara Sederhana Dan Tertutup
1 min readINTIPOS | Pacitan – Upacara Ceprotan, adalah upacara ritual khas masyarakat Pacitan, khususnya masyarakat Desa Sekar Kecamatan Donorojo yang selalu dilaksanakan tiap tahun pada bulan Dzulqaidah (Longkang), pada hari Senin Kliwon.
Namun di masa pandemi Covid-19 yang sedang melanda di seantero negri khususnya Kota berjuluk 1001 Goa, pelaksanaan upacara adat Ceprotan tetap akan digelar namun dengan sangat sederhana serta secara tertutup untuk umum.
Hal tersebut disampaikan Kepala Desa Sekar Miswandi, Bahwa adat tradisi Ceprotan adalah merupakan asal usul adanya Desa Sekar,sehingga tradisi tersebut tetap digelar walau tidak seperti tahun-tahun yang lalu dan akan dilaksanakan secara tertutup untuk umum.
“Karena upacara Ceprotan merupakan tradisi turun temurun dan bahkan diyakini masyarakat Desa Sekar dapat menjauhkan Desa dari bencana dan memperlancar kegiatan pertanian, sehingga setelah melalui musyawarah bersama tokoh masyarakat dan sesepuh desa juga Forkompinca Donorojo, Upacara Ceprotan tetap digelar namun secara tertutup dan mengedepankan protokol kesehatan,”jelas Kepala Desa saat ditemui intipos.com di ruang kerjanya, Kamis (09/07/2020).
Bahwa diketahui Upacara Ceprotan diselenggarakan untuk mengenang pendiri desa Sekar yaitu Dewi Sekartaji dan Panji Asmorobangun melalui kegiatan bersih desa. Upacara ini diyakini dapat menjauhkan desa dari bencana dan memperlancar kegiatan pertanian.
Rangkaian seremoni sakral Ceprotan, dimulai dari pengumpulan ayam dari beberapa warga. Upacara dipimpin oleh kepala desa dan melibatkan kepala dusun. Puncak acara Ceprotan berlangsung pada sore hari dimana matahari mulai terbenam, diawali dengan tarian surup atau “Terbenamnya Matahari” kemudian juru kunci membacakan doa, serta lurah desa merepresentasikan diri sebagai perwujudan Ki Godeg, sedangkan Istrinya sebagai Dewi Sekartaji. (tyo)