Akademisi Dukung Bobby Nasution Minta Aparat Penegak Hukum Tindak Tegas Begal
3 min readMedan | Intipos.com – Maraknya aksi begal yang sering terjadi di Kota Medan menjadi perhatian serius Wali Kota Medan Bobby Nasution. Sebab, tidak sedikit masyarakat yang telah menjadi korban aksi kriminal jalanan tersebut, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Tak pelak kondisi itu membuat suasana di ibukota Provinsi Sumatera Utara menjadi tidak aman dan kondusif sehingga membuat masyarakat resah.
Sejumlah kejadian di beberapa titik Kota Medan seolah seperti ingin menunjukkan eksistensi para pelaku begal. Bahkan, tindakan mereka tidak hanya sekadar mengambil barang pribadi melainkan hingga membuat korbannya meregang nyawa. Teranyar, Insanul Anshori Hasibuan, seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menjadi korban keganasan begal yang berujung pada kematian.
Melihat kondisi yang ada, Bobby Nasution pun diberbagai kesempatan telah meminta aparat penegak hukum (APH) untuk menindak tegas pelaku begal di Kota Medan agar bisa memberi efek jera dan meminimalisir angka kejahatan jalanan yang ada.
“Kejahatan begal dan geng motor sudah sangat mengkhawatirkan masyarakat dan harus ditindak tegas, terutama para pelaku yang sudah berulang kali melakukan kejahatan jalanan tersebut,” kata Bobby Nasution saat menghadiri Press Release Hasil Ungkap Kasus Menonjol Polres Pelabuhan Belawan dan Jajaran di Halaman Mako Polres Pelabuhan Belawan, baru-baru ini.
Sikap Bobby Nasution yang meminta APH melakukan tindakan tegas terhadap pelaku begal mendapat dukungan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) Haris Wijaya SSos MComm. Diungkapkan Haris, secara pribadi, dirinya sangat mendukung upaya Bobby Nasution yang meminta aparat kepolisian untuk bertindak tegas kepada para pelaku begal.
“Kewibawaan aparat Polri dan Pemko Medan sedang dipertaruhkan. Oleh karenanya harus segera ada banyak tindakan nyata untuk mengatasi maraknya aksi begal, tawuran, geng motor dan tentunya juga untuk mengatasi maraknya peredaran narkoba dan miras sebagai induk dari segala tindakan kejahatan yang saat ini terjadi,” bilang Haris.
Haris menuturkan, upaya penanggulangan aksi begal bisa dilakukan dengan melalui tindakan pencegahan, pemberantasan dan penindakan. Tindakan pencegahan (preventif) sebaiknya harus didahulukan melalui pendekatan persuasif karena banyak pelaku begal sebenarnya masih berusia remaja walaupun ada juga pelaku begal yang merupakan residivis kambuhan.
“Keterlibatan orang tua, guru, tokoh agama, pihak penegak hukum dan pemerintah daerah harus didahulukan. Harapannya adalah para remaja pelaku begal (dan geng motor yg belakangan juga banyak melakukan kejahatan pembegalan), bisa menyadari kesalahan mereka dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama,” sarannya.
Namun, sambung Haris, jika kondisinya sudah makin marak seperti saat ini, ada baiknya jika dilakukan tindakan tegas dan terukur kepada para pelaku begal. Hal ini, imbuhnya, sebagai bentuk shock therapy sekaligus untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa masih ada penegak hukum yang bisa diandalkan untuk menjaga kamtibmas dan melindungi masyarakat.
“Jika pelaku begal ini dibiarkan makin marak tanpa ada tindakan tegas dari para penegak hukum, khawatirnya nanti masyarakat akan mulai mempersenjatai diri mereka sendiri sebagai bentuk antisipasi perlindungan diri karena hilangnya rasa kepercayaan terhadap kredibilitas para penegak hukum. Jika ini benar terjadi, akan ada banyak korban jiwa dari kedua belah pihak baik dari para begal maupun masyarakat awam,” pungkasnya. (01)