Tidak ada Alasan Siapa pun Turunkan Kedisiplinan Prokes
1 min readMedan | Intipos.com __ Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk menurunkan kedisiplinan protokol kesehatan (prokes) dengan pola hidup ubah laku sesuai norma-norma kehidupan baru. Di mana pun, termasuk di Propinsi Sumatera Utara (Sumut).
Artinya, meski kasus Covid-19 Sumut mengalami penurunan yang signifikan pada awal Nopember 2021 ini, khususnya sejak 26 September 2021 kasus harian Covid-19 Sumut di bawah angka 100, namun masyarakat jangan lengah.
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, Senin (01/11/21) menjawab wartawan mengisyaratkan apa pun kondisinya hingga saat ini belum ada alasan bagi siapa pun untuk melonggarkan prokes, terutama 5 M yaitu budaya memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas serta ubah laku prokes hendaklah tetap berjalan baik.
Penurunan kasus Covid-19 di Sumut seiring dengan semakin masifnya vaksinasi. Sampai awal Nopember 2021, vaksinasi Sumut mencapai lebih 50 % (target 50% di akhir bulan lalu). Edy Rahmayadi mengingatkan perkembangan Covid-19 masih tidak terduga sehingga Prokes tetap menjadi senjata utama dalam melawan Covid-19.
Memang kita harus belajar dari negara lain, Inggris misalnya cakupan vaksinasi dan tracing mereka sangat tinggi, tetapi sampai saat ini penyebaran Covid-19 di sana tinggi juga. Jadi, Prokes masih senjata utama kita bersamaan dengan vaksinasi. Kedua ini upaya kita melawan pandemi.
Berdasarkan data covid-19.go.id ada penurunan kepatuhan menggunakan masker di Sumut. Per 9 Agustus 2021 kepatuhan mengenakan masker 0% di tingkat <60%, 9,09% untuk tingkat 61-75%, 45% untuk tingkat 76-90%, dan 45% untuk tingkat 91-100%. Namun, 11 Oktober tingkat kepatuhan di <60% bertambah menjadi 13,64%.
Begitu juga dengan jaga jarak, pada 16 Agustus tingkat kepatuhan di bawah 60% berada di angka 5,26% sedangkan 11 Oktober bertambah menjadi 40,91%. Ada peningkatan signifikan pada kelompok yang kurang patuh prokes di Sumut.
Ada kelonggaran dari pemerintah, mobilitas kita semakin tinggi, tetapi itu juga dibarengi Prokes yang mulai kendur. Kita sangat berharap masyarakat tetap disiplin Prokes, kita tidak ingin ada gelombang ketiga di Sumut karena lalai dalam Prokes.
(Nataru)
Selain itu Kapolda Sumut RZ Panca Putra Simanjuntak juga mengatakan yang perlu diwaspadai dalam waktu dekat ini Natal dan Tahun Baru (Nataru). Berkaca dari pengalaman sebelumnya, usai peringatan hari besar terjadi lonjakan kasus Covid-19.
Lonjakan kasus Nataru tahun lalu dimulai akhir Januari 2021, puncaknya di 10 Februari dengan 224 kasus. Disusul Imlek akhir Januari dan Idul Fitri di bulan Mei, ini juga bertepatan dengan memaraknya varian delta sehingga terjadi lonjakan besar Covid-19 bulan Agustus dengan puncaknya 2.045 kasus per harinya.
“Kita sedang merumuskan formula yang tepat menghadapi Nataru, tentunya ini perlu kesepakatan bersama dengan berbagai pihak, mempertimbangkan pemulihan ekonomi dan sebagainya. Walau begitu, mencegah sirkulasi virus Covid-19 tetap yang utama, karena itu masyarakat jangan lalai Prokes,” tegas Panca.
Perlu juga diwaspadai potensi gelombang ketiga Covid-19 diprediksi bisa berlangsung pada akhir tahun. Jadi meski trend pandemi Covid-19 mulai mereda dan Propinsi Sumatera Utara (Sumut) saat ini sudah PPKM Level 1, namun jangan lengah atau lalai.
Berbagai komitmen dan program yang dilaksanakan selama ini jangan dulu dikendorkan. Perlu diantisipasi bahwa ada juga masyarakat yang sepertinya eforia turun level PPKM itu sehingga kelihatan agak membebaskan diri.
Ini perlu dicermati sebab Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang turun level itu bukan berarti prokes jadi longgar. Malah prokes terutama 5M yaitu budaya memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas serta ubah laku prokes hendaklah tetap diperketat.
(Disiplin)
Ini lah yang harus ditelaah oleh semua pihak terutama unsur-unsur strategis di masyarakat dan pemangku kebijakan secara umum. Sebab, semua pihak tentunya berharap gelombang ketiga Covid-19 yang diprediksi bisa berlangsung pada akhir tahun tersebut tidak terjadi, khsususnya di Provinsi Sumut.
Penurunan kasus yang sedang terjadi memang bukan berarti pandemi telah berakhir. Namun kita berharap untuk gelombang ketiga tidak sampai terjadi, terutama di Provinsi Sumut.
Meski begitu, ‘warning’ ini jangan dianggap enteng sehingga disepelekan dan dipandang sebelah mata melainkan hendaklah dijadikan motivasi untuk memperkuat program guna mengantisipasinya.
Sejauh ini, pemerintah memang telah menyiapkan segala kebutuhan dalam mengantisipasinya, termasuk pelayanan kesehatan hingga tracing. Vaksinasi juga terus digalakkan dengan melibatkan berbagai pihak terkait, guna mempercepat tercapainya ‘herd immunity’.
Memang patut disyukuri bahwa di Provinsi Sumut kini sudah tidak ada lagi kabupaten/kota yang berada pada Level III dalam pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), bahkan sudah ada yang berada di level 1 yakni Kota Sibolga.
Secara umum Penurunan kasus yang sedang terjadi memang bukan berarti pandemi telah berakhir. Namun kita berharap untuk gelombang ketiga tidak sampai terjadi, terutama di Provinsi Sumut.
Oleh sebab itu masyarakat perlu tetap diingatkan agar terus disiplin menjalankan protokol kesehatan, karena virus Covid-19 hingga kini masih ada. Mudah-mudahan kondisi ini bisa terus bertahan agar ekonomi bisa kembali bangkit dan masyarakat bisa beraktivitas dengan keadaan sehat. (Zulfikar Tanjung/ Pemred intipos.com)