Mensos RI Tinjau Simulasi Evakuasi Masyarakat Hadapi Ancaman Bencana Di Pacitan
4 min readINTIPOS | Pacitan – Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kawasan di garis pantai selatan pulau Jawa yang berpotensi besar terjadinya bencana. Hal itu sesuai prediksi bencana yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) agar diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Termasuk prediksi adanya ancaman gempa tsunami di pantai Selatan Jawa.
Dengan adanya prediksi tersebut Menteri Sosial RI beserta jajaran mengunjungi Kabupaten berjuluk Kota 1001 Goa untuk menyaksikan simulasi evakuasi masyarakat menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami, yang di pusatkan di Pelabuhan Tamperan.
Mensos RI Tri Rismaharini ikut serta langsung dalam simulasi tersebut, bahwa pada Sabtu 11 September 2021 sekira pukul 10.30 WIB telah terjadi gempa bumi dengan magnitudo 8,7, epicenter 300 km Tenggara Pacitan dan kedalaman 19 km. Gempa bumi menimbulkan tsunami yang berdampak pada seluruh pesisir Jawa Timur termasuk wilayah Pacitan dengan ketinggian gelombang tsunami 25-28 m dari muka air laut di tepi pantai.
Waktu kedatangan gelombang tsunami 26 menit setelah goncangan gempa bumi. Diperlukan waktu maksimal 5 menit untuk penyebarluasan peringatan dini, sehingga Golden time (waktu tersisa untuk evakuasi) 22 menit.
Gelombang tsunami masuk maksimal 6 Km ke Kota Pacitan, mencapai beberapa tempat strategis dan vital. Ketinggian air bervariasi mulai dari 22 m di wilayah pantai/pesisir, 11-17 m di wilayah bantaran sungai, 6-11 m di wilayah tengah (termasuk Alun-Alun), dan 10-12 m di Bantaran Sungai Grindulu.
Kegiatan simulasi evakuasi menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Pacitan tersebut merupakan bagian dari langkah mitigasi bencana. Upaya mitigasi bencana dilakukan dengan memperhatikan hasil studi Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG).
Ada tiga hal untuk siaga menghadapi potensi tsunami yang terjadi di selatan jawa, dan khususnya Kabupaten Pacitan.
“Saya ingin menyampaikan evaluasi pada simulasi yang di gelar hari ini serta kondisi Kabupaten Pacitan yang berpotensi terjadi bencana tsunami,”tambahnya.
Ia juga mengingatkan bahwa yang pertama adalah Early Warning System atau sistem peringatan dini yakni dengan pengawasan pantai melalui alarm yang akan mengingatkan warga di pantai apabila ada indikasi akan terjadi bahaya gempa dan tsunami.
Kemudian yang kedua harus menyiapkan upaya penyelamatan diri. Hal ini terkait sarana prasarana dan aksesibilitas bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri secepatnya ketika terjadi bencana.
Untuk rambu-rambu petunjuk evakuasi masih kurang. Dan perlu diperbanyak serta disediakan di tempat-tempat yang memang biasa dikunjungi orang. Lalu jalur evakuasi juga harus diperbanyak serta jembatan menuju Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang terputus harus diperbaiki.
Yang ketiga, menggunakan kearifan lokal. Menurut Mensos, kearifan lokal yang sudah ada dapat digunakan karena telah teruji sejak lama. Mensos mencontohkan tsunami di Aceh yang salah satu dampaknya dirasakan di Kabupaten Sumeulue.
“Jika saya lihat dengan situasi dan kondisi wilayah, bila benar-benar terjadi bencana tersebut korban yang jatuh tidak banyak. Namun yang kita harapkan semua bencana tidak terjadi, kita hanya antisipasi dengan simulasi ini, agar masyarakat bisa lebih waspada dengan kemungkinan terjadinya bencanana,”tandasnya.
“Kepada teman-teman dari Tagana (Taruna Siaga Bencana), saya minta untuk bantu pemetaan evakuasi, hambatannya apa, serta aksesnya seperti apa, agar semua bisa disiapkan, agar bisa diantisipasi sebelum benar-benar terjadi bencana tersebut,”kata Risma.
“Dan saya lihat ternyata ada kearifan lokal seperti bangunan-bangunan rumah yang berupa kayu gitu semacam tahan gempa. Masyarakat (secara turun temurun) juga bisa membedakan gempa yang berpotensi tsunami dan mereka segera lari ke atas bukit. Hal-hal seperti itu yang bisa kita gali,”imbuhnya.
Ia berpesan kepada seluruh lapisan masyarakat yang berada di garis pantai selatan agar selalu waspada dengan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana, sehingga itu benar-benar terjadi semua sudah siap untuk menyelamatkan diri.
“Kita berharap dan berdoa semoga segala bencana tidak terjadi, Namun kuta harus antisipasi sedini mungkin,”tandasnya.
Hadir bersama Menteri Sosial RI, Kepala BMKG Pusat Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc.,Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, Dandim 0801 Pacitan Letkol Kav Ibni Khazim, Kapolres Pacitan AKBP Wiwit Ari Wibisono, Kepala Pelaksana BPBD Pacitan Didik Alih Wibowo, serta relawan dan perwakilan beberapa organisasi kemanusiaan baik dari Pacitan, Trenggalek dan Wonogiri.(tyo)