15 Desember 2024

Media Berita Online Lugas – Tegas – Terpercaya

Kolaborasi ala Bobby Wujudkan Medan Metropolitan Sesungguhnya

6 min read
Kolaborasi ala Bobby Wujudkan Medan Metropolitan Sesungguhnya

Kolaborasi ala Bobby Wujudkan Medan Metropolitan Sesungguhnya

Oleh Ir Zulfikar Tanjung

Medan | Intipos.com – Kota Medan menuju metropolitan sudah lama berkumandang. Bahkan dekade terakhir, kata ‘menuju’ sudah dibuang. Kota ini sudah berani langsung menyatakan diri Medan Metropolitan. Namun, apakah sudah benar kota ini memiliki ciri-ciri mendasar sebagai kota metropolitan ? Tidak segampang itu menjawabnya.

Di titik inilah kehadiran Muhammad Bobby Afif Nasution SE MM bernilai strategis. Sejak memimpin ibukota Propinsi Sumatera Utara ini 26 Februari 2021 lalu, beliau bergerak nyata. Meski terkadang menghadapi polemik, namun dari hari ke hari, ternyata geliat yang dilakukannya sesungguhnya merupakan tonggak-tonggak fundamental bagi kota ini ke depan, menjadi kota Medan Metropolitan Sesungguhnya.

Sejumlah program yang telah, sedang maupun yang akan berjalan, kalau ditelaah secara cermat, semua itu adalah upaya kota ini untuk mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung agar disebut sebagai kota Medan Metropolitan Sesungguhnya.

Sebutlah seperti peningkatan kualitas jalan, penataan drainase, trotoar termasuk penyiapan gemerlap lampu sepanjang trotoar yang diistilahkan “lampu pocong”, pembangunan taman-taman kota maupun perempatan jalan dan ruang terbuka hijau termasuk Lapangan Merdeka, penataan kawasan kota lama Kesawan, pemasangan median jalan beton, penyiapan kawasan-kawasan kuliner representatif, penataan lalu lintas dan transportasi umum seperti Bus Listrik dan lainnya, itu lah cikal bakal untuk ciri-ciri suatu kota disebut metropolitan sebenarnya.

Dengan mengusung konsep kolaborasi, Bobby selaku Wali Kota Medan menyadari sepenuhnya tidak hanya Pemko Medan saja yang bisa membuat Medan berubah, tapi semua pihak termasuk masyarakatnya juga harus berperan aktif. “Itu semua harus berkolaborasi yang hasilnya akan membuat Medan berkah,” ujar Bobby dalam sejumlah kesempatan.

Partisipasi masyarakat dalam kolaborasi ini setidaknya memberikan keikhlasan dan bersabar selama sejumlah program pembangunan yang digerakkan Bobby tentu mengganggu kenyamanan masyarakat seperti banyaknya galian drainase di mana-mana, trotoar dan taman kota yang bongkar pasang untuk ditata ke kondisi ideal, banyak ruang publik yang ditutup karena ada pengerjaan fisik seperti Lapangan Merdeka dan lainnya.

Pengamat sosial kemasyarakatan Zulifia, Senin (15/1/24) mengemukakan konsep kolaborasi itu menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat terhadap program berjalan. “Minimal dengan bersabar dan memberi ruang agar proyek itu berjalan, tidak meributkannya dan tidak banyak mengeluh, meski kenyamanan agak terganggu, itu sudah bentuk partisipasi besar dalam kolaborasi ala Bobby ini. Dan itu tampak berlaku di lapangan,” ujarnya.

Jadi walaupun ada polemik, namun tampaknya semua itu berada pada tatanan teknis pelaksanaan. “Misalnya soal ‘lampu pocong’, masyarakat sebenarnya sejak awal dapat menerima dan memahami program ini bagus. Sepanjang trotoar di inti kota akan terang, nyaman untuk pejalan kaki, bisa memperkecil peluang kejahatan dan memperindah suasana kota. Kalau dalam pelaksanaannya dinilai tidak sesuai bestek, wajar muncul kritik. Pak Bobby merespon positip bahkan menindak pemborongnya. Namun program ini hakekatnya bagus untuk mendukung ciri khas kota Metropolitan Sesungguhnya,” kata alumni USU itu.

Baca Juga  Pj Bupati Langkat Hadiri Rakornas Pengelolaan Sampah 2024: Wujudkan Desa Daur Ulang di Bahorok

 

(Berbasis Kolaborasi)

Fenomena metropolitan, seiring dengan perkembangannya yang semakin pesat pada beberapa dasawarsa terakhir, bagaimanapun, merupakan tumpuan harapan bagi sebagian besar umat manusia, termasuk warga Kota Medan dan Propinsi Sumut umumnya.

Dalam hal ini, Medan sebagai kota besar disebut sebagai kota utama inti sedangkan kawasan sekitarnya disebut sebagai kota satelit. Kota utama atau inti dan kawasan satelit ini kemudian berintegrasi saling mendukung dan saling membutuhkan sehingga membentuk satu kesatuan wilayah yang tidak dapat dipisahkan, yang kemudian dilengkapi dengan prasarana dan sarana perkotaan Medan representatif,  guna menunjang kegiatan di wilayah tersebut.

Langkah-langkah yang dilakukan Bobby akan mewujudkan impian itu. Bisa dibayangkan ke depan, Kota Medan sebagai Metropolitan Sesungguhnya akan sangat nyaman dan menyenangkan untuk didiami. Selanjutnya juga akan nyaman pula bagi pendatang.

“Kota tertata rapi, drainasenya berfungsi baik, tidak lagi sering banjir, trotoarnya nyaman bagi pejalan kaki dan malam hari terang benderang gemerlap lampu, taman-taman kota indah, Lapangan Merdeka cantik dan mempesona, lalu lintasnya nyaman dan tidak semrawut, transportasi umumnya lancar ada bus Listrik dan sebagainya, pusat perbelanjaan representatif, lokasi jajanan kuliner UMKM juga baik dikelilingi juga oleh gedung-gedung bersejarah yang sudah dipugar dengan tampilan budaya yang asri, betapa menyenangkannya nanti kota ini,” ujar Hafian, pengamat perkotaan yang juga alumni USU.

Memang awalnya, akibat pembangunan itu, beberapa kawasan kota kurang nyaman. Pada awalnya juga terdengar keluhan dari sementara warga, namun tidak berlangsung lama dan tidak menjadi opini liar, kemudian masyarakat dapat menerima dan memaklumi maksud dan tujuan Wali Kota Medan, yang semula terkesan “mengacak-acak” wajah kota untuk penataan drainase, trotoar, taman, median beton jalan dan lainnya itu, ternyata untuk kepentingan masa depan Medan menjadi Kota Metropolitan Sesungguhnya.

Timbul pertanyaan kenapa hampir semua warga kota memaklumi kondisi lapangan. Meski efek pengerjaan sejumlah proyek itu agak mengusik, namun, baik langsung maupun tidak langsung masyarakat  mendukung. Jawabannya ternyata terletak dari prinsip-prinsip luhur dari hakekat konsep Kolaborasi Medan Berkah ala Bobby. Secara alamiah warga kota berpartisipasi aktif dalam suasana yang berbasis kolaborasi itu.

 

(Geliat Medan Berkah)

Jujur diakui, semua program pembangunan yang sedang digencarkan Bobby adalah merupakan denyut aspirasi dan keinginan warga kota. Masyarakat sudah lama mendambakan Kota Medan bebas banjir, bebas kemacetan, bebas dari kesemrawutan, bisa nyaman berjalan kaki di inti kota tidak takut terserempet kendaraan, lalu lintas tertib dengan adanya transportasi umum yang baik dan sebagainya.

Itulah detak sanubari harapan masyarakat. Jadi ketika Bobby “mengacak-acak” drainase untuk pembenahan saluran agar banjir terantisipasi, menata trotoar dan taman agar pejalan kaki bisa menikmati suasana kota, mengatur lalu lintas dan memperbaiki sarana jalan, median jalan dan sebagainya, menata kawasan kota lama dan bangunan bersejarah agar tidak kumuh, dan lain sebagainya termasuk penyiapan transportasi publik representatif seperti Bus Listrik, ternyata bukan semata kemauan Bobby, melainkan implikasi dan implementasi pengejawantahan keinginan mayoritas warga kota.

Baca Juga  Walkot Susanti Hadiri Perayaan Natal ASN-THL Pemko Siantar di Balai Kota

Artinya, ini lah basis kolaborasi itu. Tentang bagaimana profil proyek-proyek yang dikerjakan itu, berapa panjang drainase yang dibangun, bagaimana konsep rancang bangun dan sistem penganggaran maupun lainnya, semua itu dapat dilihat secara terbuka oleh masyarakat melalui website yang disiapkan Pemko Medan https://portal.pemkomedan.go.id/

Jadi tanpa mengupas aspek teknis proyek, karena semua bisa dilihat di website itu, yang jelas prinsip mendasar yang mewadahi semua pekerjaaan itu kuncinya adalah keberhasilan Bobby memberdayakan konsep Kolaborasi Medan Berkah.

Sebagaimana dikemukakan pengamat politik dari USU, Dadang Darmawan di media massa bahwa pembangunan di manapun mestinya lahir dari kebutuhan masyarakat, kebutuhan dari banyak pihak. Bukan merupakan rancangan eksklusif pemerintah belaka atau ‘top down’, sebagaimana yang terjadi selama ini.

Artinya, konsep Kolaborasi Medan Berkah ala Bobby telah terbukti mengakomodir pembangunan secara ‘bottom up’. Semua yang tampak nyata dikerjakan Bobby saat ini adalah suara hati nurani masyarakat sekaligus mengakomodir persiapan sarana dan prasarana mendasar bagi ciri-ciri Medan Metropolitan Sesungguhnya. Kalau semua ciri-ciri itu nyata ke depan, pembangunan selanjutnya akan bergulir alamiah, termasuk aspek ekonomi dan keterlibatan pihak swasta otomatis akan berdatangan untuk berkolaborasi.

Jadi jelas bahwa pemerintahan kolaboratif ala Bobby akan menghasilkan pembangunan yang bisa dinikmati semua orang. Jadi tidak berlebihan jika sejumlah pengamat menegaskan pemerintahan kolaboratif ala Bobby sangat tepat diberlakukan. Pemerintahan kolaboratif ala Bobby akan menghasilkan pembangunan yang bisa dinikmati semua orang.

Kolaborasi ala Bobby juga menonjolkan sikap peka dari pemimpin kota. Semua sudah tau masyarakat ingin bebas dari banjir, bebas dari kemacetan, nyaman berjalan kaki dan sebagainya itu. Dengan kepekaan Wali Kota melalui Kolaborasi ala Bobby itu akan terbuka selebar-lebarnya ruang untuk menampung aspirasi dan partisipasi masyarakat dalam kerja-kerja pembangunan selanjutnya.

Jadi ke depan, dengan hakekat Kolaborasi Medan Berkah yang cikal bakalnya sudah tumbuh saat ini maka masalah Kota Medan yang sangat kompleks akan mendapatkan solusi dan kerja keras semua pihak. Komitmen Kolaborasi Medan Berkah ala Bobby Nasution terbukti untuk mewujudkan kota yang sesuai impian warga Medan.

Bukan impian kosong nantinya Kota Medan yang dijuluki juga sebagai kota tua yang tidak pernah tidur sejak didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi 433 tahun lalu bisa sejajar dengan Singapura yang merupakan kota negara.

Posisi kota Medan di pantai timur Propinsi Sumatera Utara memiliki Pelabuhan Laut Internasional Belawan dengan kelengkapan fasilitas kawasan sekitarnya seperti Bandara Internasional Kualanamu Deliserdang, memungkinkan hal itu. Kolaborasi Medan Berkah Kunci Utamanya. (Penulis Pemred intipos.com tulisan diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Rumah Kolaborasi Bobby Nasution)