Diekspor ke Australia, Ijeck Minta Pemda dan Swasta Dorong Petani Tanam Talas Beneng
2 min readPAKPAK BHARAT | intipos.com – Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pakpak Bharat dan pihak-pihak terkait (swasta) mendorong para petani di daerah ini untuk membudidayakan Talas Beneng.
Hal ini disampaikan Ijeck, sapaan akrab Musa Rajekshah saat menghadiri Penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara petani dengan pihak buyer PT Petani Naik Kelas dan Koperasi Pemasaran Sumut Sejahtera di Desa Simberuna, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Pakpak Bharat, Senin (27/2).
“Kalau ini bisa menjadi tanaman yang memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat coba Pak Bupati ini diramaikan tanamannya, supaya masyarakat punya tambahan nilai dari lahan pertaniannya. Saya juga harap PT Petani Naik Kelas, Koperasi Pemasaran Sumut Sejahtera dan lainnya bisa memberikan informasi dan pelatihan untuk masyarakat terkait tanaman talas beneng ini,” ujar Ijeck.
Tanaman talas, lanjut Ijeck, selama ini seringkali dipandang sebelah mata sebagai tanaman liar ternyata tanpa disadari tanaman ini bisa diolah jadi pengganti tembakau yang punya nilai ekonomis. “Selama ini tanaman talas kalau ada nampak di lahan, kita buang tapi ternyata mulai dari daun dan umbinya ada manfaatnya bisa dijual dengan harga yang baik,” ujarnya.
Ijeck menambahkan pengembangan produk-produk unggulan di setiap daerah perlu dilakukan sebagai suatu strategi pembangunan daerah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe diharap bisa menjadi daerah penghasil talas beneng.
Sementara itu, mewakili PT Petani Naik Kelas John Ketaren menyampaikan talas beneng menjadi komoditas ekspor sejak tahun 2014. “Sejak tahun 2014 komoditas ini sudah dibudidayakan di Jawa dan diekspor. Masuk ke Sumatera itu dua tahun terakhir, selama ini talas beneng seakan-akan tidak berharga dianggap gulma tapi punya nilai ekonomi tinggi, apa yang kami beli,” ujarnya.
Dijelaskan John, pihaknya membeli hasil rajangan daun talas yang sudah berwarna kuning. “Kalau bapak ibu mau produksi daun talas ini pastikan pastikan warnanya kuning, karena itu yang akan kami tampung,” jelasnya.
Sebelum pada proses perajangan daun talas beneng diperam 3 sampai 4 hari, kemudian dirajang dan dijemur selama 2 jam di bawah matahari. “Sangat simpel, yang mau nanam tinggal mengelola lahannya aja buyernya ada. Kita teken mou jadi kami tak sekedar menyuruh tanam tapi kami juga siap untuk membeli,” ujarnya.
John mengaku kebutuhan ekspor per bulan mencapai 10 ton sampai 20 ton. Sayangnya, lahan budidaya talas beneng di Pakpak Bharat baru mencapai 5 hektare. “Kebutuhannya besar tapi lahannya sangat kurang, harapan kami bisa ada lahan budidaya yas beneng di Pakpak Barat 10 sampai 20 hektare. Semoga penandatanganan ini bisa menarik perhatian masyarakat dan komoditas talas beneng meningkat sehingga petani juga bisa naik kelas,” tutupnya. (RR)