22 Desember 2024

Media Berita Online Lugas – Tegas – Terpercaya

Menyimak Dini Fitria di Talk Show BRI: Merangkul Transformasi Digital di Era Baru Media

4 min read
Dini Fitria di Talk Show BRI

Dini Fitria di Talk Show BRI

 

Oleh Zulfikar Tanjung

 

Talk show “The Future of Media” yang digelar oleh BRI  Regional Office Medan di Hotel Santika, Sabtu (21/12/24), menghadirkan pemaparan menarik dari Dini Fitria. Dalam presentasinya, Dini menyoroti bagaimana revolusi teknologi dan komunikasi telah mendorong transformasi besar dalam lanskap media. Ada dua poin krusial yang perlu dicermati: munculnya mobile journalism dan brand storytelling.

 

 

Dua elemen ini, meskipun membuka banyak peluang, juga menghadirkan tantangan etika dan tanggung jawab yang tidak bisa diabaikan. Oleh sebab itu menarik untuk disimak dan digarisbawahi dengan tinta tebal terhadap beberapa poin yang dipaparkan oleh Dini Fitria yang tampil meyakinkan dan cukup berkualitas dalam momentum ini.

 

 

Apresiasi tinggi patut juga diberikan kepada BRI Regional Office Medan atas inisiatif menggelar acara ini. Kegiatan seperti ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi insan media di Medan, tetapi juga membuka peluang kolaborasi antara sektor perbankan dan media. Bagi perbankan, keterlibatan dalam diskusi tentang masa depan media dapat memperkuat posisi mereka sebagai mitra strategis dalam mendukung pertumbuhan ekosistem digital dan ekonomi kreatif di wilayah ini.

 

 

Mobile Journalism: Inklusi dan Beban Etika Baru

 

 

Dini Fitria menegaskan bahwa mobile journalism adalah bentuk digital storytelling yang memungkinkan jurnalis individu menghasilkan berita secara cepat dan real-time hanya dengan perangkat seluler. Dengan smartphone dan koneksi internet, siapa pun kini bisa melaporkan peristiwa langsung dari lapangan. Era ini membuka peluang inklusi yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana masyarakat awam pun dapat menjadi bagian dari produksi berita (citizen journalism).

 

 

Namun, kemudahan ini datang dengan beban tanggung jawab yang lebih besar. Dini menekankan pentingnya tetap berpegang pada Kode Etik Jurnalistik. Ini adalah poin yang layak ditekankan. Dalam arus cepat informasi, risiko misinformation atau bahkan disinformation semakin tinggi. Tanpa pengawasan ketat dan kedisiplinan profesional, mobile journalism bisa berbalik menjadi ancaman terhadap kualitas informasi publik.

Baca Juga  Pemprov Sumut Luncurkan Buku Sekdaprov Sumut Perempuan Pertama R Sabrina

 

 

Dalam hal ini, jurnalis bukan hanya penyampai berita, tetapi juga penjaga integritas dan kebenaran. Transformasi digital tidak boleh menggerus nilai-nilai fundamental jurnalistik. Akurasi, keberimbangan, dan verifikasi harus tetap menjadi prinsip utama. Mobile journalism idealnya menjadi alat yang memperkuat demokratisasi informasi, bukan justru membuka celah bagi eksploitasi atau manipulasi informasi.

 

 

Brand Storytelling: Antara Promosi dan Realitas

 

 

Poin lain yang mencuri perhatian adalah brand storytelling. Dini menjelaskan bagaimana narasi dapat menjadi alat ampuh untuk membangun koneksi emosional antara merek dan konsumen. Dengan storytelling, merek bisa lebih menonjol, menyampaikan nilai dan visi, serta menginspirasi calon pelanggan.

 

 

Dini mengutip kalimat terkenal dari Steve Jobs: “The most powerful person in the world is the storyteller.” Kutipan ini menegaskan bahwa pengaruh seorang pendongeng mampu membentuk visi dan nilai generasi mendatang. Hal ini relevan dalam konteks media modern, di mana narasi menjadi kunci keberhasilan kampanye pemasaran.

 

 

Namun, ada garis tipis antara storytelling yang autentik dan manipulasi. Dalam dunia yang semakin jenuh dengan iklan dan promosi, audiens semakin cerdas dan kritis. Jika brand storytelling terjebak dalam retorika kosong tanpa integritas, ia justru bisa menjadi bumerang yang merusak kredibilitas merek itu sendiri.

 

 

Dini menekankan bahwa cerita yang sederhana, menyentuh, dan realistis lebih efektif daripada narasi yang berlebihan atau terlalu kompleks. Ini adalah strategi yang tepat. Konsumen saat ini mencari koneksi yang lebih personal dan relatable. Mereka ingin melihat nilai nyata di balik sebuah merek, bukan sekadar janji manis.

Baca Juga  HKSN 2024 Momen Menurunkan Kemiskinan Ekstrim 0 %, Tahun 2026, Syaiful Syafri Di Sumut HKSN Prihatin

 

 

Tantangan Media di Era Transformasi

 

 

Meski peluang besar terbuka, Dini juga mengingatkan bahwa era transformasi ini bukan tanpa tantangan. Kecepatan distribusi informasi di platform digital sering kali tidak diiringi oleh kedalaman analisis. Persaingan mendapatkan perhatian (attention economy) mendorong banyak media untuk mengejar clickbait, mengorbankan substansi dan kualitas.

 

 

Dalam menghadapi tantangan ini, kolaborasi antara media tradisional dan digital menjadi kunci. Media tradisional dengan standar editorial yang ketat dapat mengadopsi pendekatan digital tanpa kehilangan jati diri. Sebaliknya, media digital perlu memperkuat kualitas konten dan tidak sekadar mengejar viralitas.

 

 

Kesimpulan: Adaptasi dengan Integritas

 

 

Pemaparan Dini Fitria dalam talk show ini memberikan refleksi mendalam tentang masa depan media. Transformasi teknologi adalah keniscayaan, tetapi adaptasi tidak berarti meninggalkan prinsip dasar jurnalistik. Di tengah arus perubahan, jurnalis dan praktisi media harus menjadi pilar yang menjaga kualitas dan integritas informasi.

 

 

Mobile journalism dan brand storytelling adalah alat yang sangat kuat. Namun, kekuatan ini harus digunakan dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Dunia media yang inklusif dan demokratis hanya bisa terwujud jika teknologi berjalan seiring dengan etika dan komitmen terhadap kebenaran.

 

 

Sebagai bagian dari ekosistem media, kita semua memiliki peran dalam membentuk masa depan ini. Pertanyaannya bukan lagi apakah kita siap menghadapi transformasi digital, tetapi bagaimana kita memastikan transformasi ini membawa dampak positif dan berkelanjutan bagi masyarakat luas.  (Penulis Bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers)