Ayat “Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban” Penuhi Suasana Berbuka Puasa BKM Masjid Agung Medan
2 min readMedan | Intipos.com – Suasana berbuka puasa sunat bersama Senin dan Kamis BKM Masjid Agung Jalan P Diponegoro Medan, benar-benar religius.
Suasana ibadah dan silaturrahmi itu dirasakan penuh kesyukuran dan hampir setiap saat terdengar ucapan Ayat “Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban”.
Ketua Bidang Kemakmuran BKM Agung Medan H Yuslin Siregar dan H Indra Utama, H Abdullah Matondang, Sabar Samsurya Sitepu, Zulrizal dan lainnya terdengar kerap mengucapkan ayat ini.
Bahkan H Yuslin Siregar, Tasmir Masjid Agung Medan yang bisa dibilang tetap berupaya datang setiap Senin Kamis bersama H Indra Utama, begitu memasuki ruangan BKM, dengan suara mantap, mengumandangkan ayat tersebut setelah salam.
Ayat “Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban” berasal dari Al Quran Surah Ar-Rahman (QS. Ar-Rahman : 55), dan diulang sebanyak 31 kali dalam surah tersebut.
Ayat ini diterjemahkan sebagai “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Hakikat makna dari ayat ini mencakup beberapa poin penting diantaranya Pengakuan atas Nikmat Allah.
Ayat ini mengajak manusia untuk merenungkan dan mengakui berbagai nikmat yang telah Allah berikan.
Ini termasuk nikmat yang tampak jelas maupun yang tersembunyi, seperti kesehatan, kehidupan, rezeki, alam semesta, dan lainnya.
Dari sejumlah literatur dan penjelasan para ulama, orang yang sering mengucapkan Ayat dari Surah Ar-Rahman (QS. Ar-Rahman : 55), biasanya sudah memiliki kesadaran Spiritual yang Tinggi.
Mereka memiliki kesadaran yang mendalam tentang kehadiran Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan dan menyadari betapa banyaknya nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.
Rasa Syukur yang Mendalam membuat mereka sering mengingat dan mengucapkan Ayat ini sebagai bentuk syukur atas segala karunia dan nikmat yang mereka terima, baik yang besar maupun yang kecil.
Mereka cenderung merenung dan merefleksikan hidup, sering memikirkan tentang keberadaan dan kebesaran Allah SWT serta mengakui keterbatasan diri sebagai hamba.
Mereka dimungkinkan sudah memiliki kesederhanaan dan kerendahan Hati. Mereka ini biasanya selalu menyadari bahwa segala sesuatu yang mereka miliki berasal dari Allah SWT.
Mereka menunjukkan ketaatan yang tinggi kepada ajaran agama, termasuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Mereka suka sering mengingatkan orang lain tentang pentingnya bersyukur dan mengakui nikmat Allah SWTj, menggunakan ayat ini sebagai pengingat dan nasihat.
Karena sering merenungkan nikmat Allah SWT, mereka cenderung memiliki pandangan hidup yang positif dan optimis, selalu melihat sisi baik dari berbagai keadaan.
Secara keseluruhan, orang yang sering mengucapkan Ayat ini kemungkinan besar memiliki kehidupan yang dipenuhi dengan kesadaran spiritual, syukur, refleksi dan ketaatan, serta berusaha untuk menginspirasi dan mengingatkan orang lain tentang pentingnya mengenali dan mensyukuri nikmat Allah SWT. (01)