Ahli Waris Hibahkan Samurai Jepang dan Golok Peninggalan Pejuang Kemerdekaan GG Djawak untuk Koleksi Museum Djoeang 45 Sumut
2 min readMedan | Intipos.com – Ahli Waris pejuang kemerdekaan Indonesia G Ginting Djawak menghibahkan sepucuk pedang samurai Jepang dan sepucuk golok peninggalan almarhum untuk Museum Djoeang 45 Sumut.
Benda-benda pusaka bernilai sejarah itu diserahkan putri bungsu almarhum Ingetin Ginting kepada Kepala Sekretariat Dewan Harian Daerah Badan Pembudayaan Kejuangan (DHD 45) Provinsi Sumatera Utara Drs. Harun Al Rasyid, Rabu (3/1/2024) di Gedung Juang 45 Jalan Pemuda No. 17 Medan.
Selain samurai jepang dan golok, keluarga juga menyerahan 8 buah lencana dan bintang jasa serta Kartu Anggota DHD 45 atas nama GG Djawak yang ditandatangani langsung Ketua Umum Dewan Harian Nasional (DHN 45) Jenderal TNI Surono.
Ketua Umum DHD 45 Sumut Mayjen TNI (Purn.) M. Hasyim mengatakan sangat berterima kasih dan menghargai sikap keluarga GG Djawak yang menghibahkan benda-benda bernilai sejarah peninggalan almarhum untuk dipamerkan di Museum Djoeang 45 sehingga koleksi Museum Djoeang 45 semakin banyak.
“Kami menghargai dan memberi apresiasi yang tinggi atas niat baik, inisiatif dan sikap keluarga almarhum yang menghibahkan benda-benda bersejarah itu untuk disimpan dan dijadikan koleksi Museum Djoeang 45 Sumut. Inisiatif dan niat baik ahli waris GG Djawak ini patut dihargai dan dijadikan contoh agar benda-benda bernilai sejarah para pejuang kemerdekaan itu bisa disimpan di Museum Djoeang 45 Sumut,” kata M. Hasyim.
Menurutnya, Museum Djoeang 45 siap menerima benda-benda bersejarah milik para pejuang kemerdekaan untuk dipamerkan sehingga masyarakat terutama generasi muda, mahasiswa dan pelajar yang datang berkunjung ke Museum Djoeang 45 dapat mengambil pelajaran tentang nilai-nilai juang yang dulu menjadi karakter para pejuang kemerdekaan kita.
Sementara itu cucu almarhum GG Djawak yang juga hadir dalam kesempatan itu mengatakan pedang samurai Jepang itu adalah pedang samurai yang berhasil direbut dari tentera Jepang yang kemudian dijadikan senjata dalam berperang melawan penjajahan Jepang.
Tentang kisah perjuangan si kakek, si cucu ini tidak bisa menceritakannya secara detail karena dia belum lahir pada saat kakeknya meninggal dunia.
Menurutnya, Bulang (kakeknya) lahir di Sibolangit tanggal 25 Agustus 1925 dan meninggal pada tanggal 8 Februari 2000. Sedangkan Tigan (neneknya) lahir pada tanggal 31 Desember 1926 dan meninggal tanggal 25 Maret 2016. Keduanya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kabanjahe.
“Kami merasa bahagia telah menempatkan barang-barang peninggalan Bulang di tempat yang sepantasnya di Museum Djoeang 45 ini. Semoga bermanfaat bagi generasi penerus,” kata sang cucu yang kini berdomisili di Jakarta.
Usai menyerahkan benda-benda bernilai sejarah itu, keluarga meninjau Museum Djoeang 45 yang terletak di lantai 2 Gedung Juang 45. (01)