Plt Walikota Pergi Ke Padang, Warga Siantar ‘Menjerit’ Usai Dihantam Bencana
3 min readSIANTAR | INTIPOS – Plt Walikota Pematang Siantar dr Susanti Dewayani SpA terkesan apatis terhadap nasib warganya. Sebagai pengayom masyarakat, Susanti disebut tak optimal dalam mengimplementasikan tupoksinya sebagai Kepala Daerah.
Sebab, Susanti Dewayani memilih pergi mengikuti Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XV Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) Tahun 2022 yang digelar di Padang Convention Center (PCC) Hotel Truntum, Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, hingga tanggal 10 Agustus 2022 mendatang.
Minggu (7/8/2022) Plt Walikota sudah berada di Kota Padang, sehari usai peristiwa bencana alam angin puting beliung disertai hujan badai ‘memporak-porandakan’ Kota Siantar. Susanti lebih memilih meninggalkan warganya meskipun masih dalam suasana duka.
Parahnya, Sekretaris Daerah (Sekda) yang seharusnya turut andil dalam menangani dan mengayomi masyarakat meskipun tanpa perintah juga terkesan apatis dalam menyikapi hal tersebut. Sementara, nasib para warga yang terdampak musibah masih belum jelas.
Diketahui, bukan hanya Susanti yang berangkat ke Kota Padang, sejumlah Camat di Kota Siantar juga turut pergi berpartisipasi dalam acara Apeksi diduga buang badan padahal warga siantar berharap simpati dan perhatian dari Pemerintah.
Kabag Humas dan Protokoler Pemko Siantar Mardiana ketika dikonfirmasi soal kepergian Plt Walikota beserta rombongan ke Kota Padang menuai berbagai polemik bahkan terindikasi melepaskan tanggung jawab sebagai Kepala Daerah ketika melihat banyaknya warga yang ‘menjerit’ berharap perhatian pemerintah memilih bungkam.
Di saat Plt Walikota Siantar dan sejumlah camat sedang berada di Kota Padang, warga Kota Siantar yang menjadi korban puting beliung, sedang menangis. Korban “menjerit”, berharap perhatian Pemko Siantar dengan segera.
Seperti yang dialami sejumlah korban puting beliung di Jalan Nagur, Kelurahan Martoba, Kecamatan Siantar Utara. Diantaranya, Rani (48) dan Rina Marianti Saragih (40), keduanya warga Jalan Nagur, Gang Inpres.
Sambil menangis, Rani menyampaikan keluhannya. Suaminya bekerja sebagai buruh bengkel. Hari ini terpaksa tidak bekerja, untuk berupaya memperbaiki dan membersihkan rumah tempat tinggal mereka.
Sebagian besar, atap rumah tempat tinggal Rani dan Rina Marianti Saragih, sudah tidak ada lagi, karena diterbangkan angin kencang. Sebagian brotinya, juga sudah tidak lagi ada. “Tapi uang kami gak cukup untuk memperbaikinya,” katanya.
Rani dan Rina, masing-masing memiliki 4 anak. Untuk sementara, harus mengungsi ke rumah saudara mereka. “Numpang tidurlah dirumah saudara. Sudah dua malam ini,” ucap Rani, sambil menitikkan air mata.
Bahkan anaknya yang nomor 4, hari ini tidak bisa berangkat ke sekolah. Karena sepatu dan pakaian sekolahnya sudah tidak lagi ada di rumahnya.
“Yang kecil ini masih SD. Gak sekolah hari ini. Baju dan sepatunya gak tahu entah kemana,” ujar Rani, lalu menambahkan, mereka sangat berharap bantuan dari pemerintah.
Hingga saat ini, bantuan dari pemerintah sama sekali belum ada diterima oleh korban bencana puting beliung di Jalan Nagur, Gang Inpres. “Ngeri kalilah kami ini, Pak,” keluhnya.
Korban lainnya, masih di sekitar Jalan Nagur, kali ini di Gang Lestari, juga mengaku belum ada menerima bantuan dari Pemko Siantar. Parahnya lagi, pihak Kelurahan Martoba, belum ada mendatangi korban.
“Belum ada bantuan dari pemerintah. Pihak kelurahan pun belum ada kesini,” ucap seorang ibu rumah tangga Boru Siagian, yang atap rumahnya berterbangan saat puting beliung melanda.
Boru Siagian ini mengatakan, sudah dua hari ini, ia bersama keluarganya tidur di teras rumahnya, dengan terpal sebagai penghalang dinginnya malam. “Dua malam ini, kami tidur disinilah,” katanya, sambil menunjuk teras rumahnya, dengan raut wajah yang tampak sedih.
Warga setempat yang aktif pada sejumlah organisasi kepemudaan, J Pakpahan, meminta Pemko Siantar untuk segera memberikan perhatian. Karena masyarakat yang terdampak, umumnya kurang mampu.
“Bayangkan saja, mereka tidurnya di teras. Ada juga yang mengungsi. Jadi mereka ini sangat butuh bantuan,” tutur J Pakpahan, sembari mengatakan, buku-buku sekolah dari anak mereka juga basah.
J Pakpahan juga merasa kecewa dengan Plt Walikota. Sebab, ketika dampak bencana puting beliung masih sangat dirasakan, namun Plt Walikota dan camat memilih meninggalkan Kota Siantar, satu hari setelah puting beliung melanda.
“Kesal rasanya. Saat warga butuh perhatian serius, pemimpinnya malah pergi ke Padang. Pendataannya ini pun, kami gak tahu, sudah didata atau belum oleh BPBD,” tandasnya. (ARV)