Jelang Ramadan dan Lebaran, Edy Rahmayadi Lakukan Tiga Langkah Kendalikan Laju Inflasi Sumut
3 min readMEDAN | Intipos.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) terus berupaya menjaga agar angka inflasi tetap terkendali menjelang Ramadan dan Lebaran tahun ini. Untuk itu, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi melakukan tiga langkah.
Langkah pertama adalah dengan terus memonitoring pasar agar harga jual sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) dan tidak ada distributor atau pedagang yang melakukan penimbunan. “Kita monitoring pasar, biar tahu persis orang-orang jahat yang suka menimbun,” kata Edy Rahmayadi saat memimpin rapat koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-Sumut di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur, Jalan Sudirman Nomor 41, Medan, Selasa (29/3).
Langkah kedua, mengimbau masyarakat agar tidak membeli barang atau produk tertentu dengan jumlah yang besar (panic buying). Serta, ketiga meningkatkan koordinasi dengan kepolisian, produsen, distributor untuk bersama-sama menjaga harga dan ketersediaan bahan pokok di pasar.
Edy juga menyampaikan, fenomena kenaikan harga bahan pokok menjelang hari besar harus diantisipasi dan diperlukan cara atau langkah yang keras, agar tidak terulang terus menerus. “Memang kita harus keras, kalau tidak lihat semuanya, setiap mau hari raya dinaikkan, natal, tahun baru naik lagi, jadi turun naik turun naik, saya mau ada standar,” katanya.
Edy juga mengaku heran, Sumut pernah mengalami inflasi yang diakibatkan kurangnya ketersediaan cabai merah. Padahal Sumut merupakan salah satu sentra penghasil cabai merah terbesar di luar Pulau Jawa.
“Ada di satu daerah panen cabai merah, ternyata sudah diambil duluan oleh tengkulak, dijual ke daerah lain, sehingga di Sumut harganya sampai Rp80 ribu/kilo, panennya di tempat saya kok kekurangan cabai, jadi ini harus sama-sama kita jaga,” kata Edy.
Saat ini inflasi disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya kenaikan harga minyak goreng, kelangkaan kontainer, kelangkaan bahan baku pupuk, dan meningkatnya konsumsi masyarakat. Hal tersebut menyebabkan naiknnya beberapa harga komoditas.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut Doddy Zulverdi, pada tiga bulan terakhir inflasi secara tahunan berada dalam tren peningkatan yang cukup besar. Salah satu penyebab inflasi didorong kenaikan harga minyak goreng.
Karena itu, lantaran masih tingginya harga CPO dunia, pengawasan distribusi pasokan kepada masyarakat perlu dikawal bersama, sehingga tidak terjadi penyimpangan yang mengakibatkan kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng di masyarakat.
Doddy juga memaparkan ekonomi Sumut pada triwulan IV 2021 tumbuh 3,81% (yoy). Perkembangan tersebut didorong kondisi pandemi yang relatif terkendali, pemulihan ekonomi global dan lain sebagainya. Doddy mengatakan recovery ekonomi Sumut akan masih terus berlangsung di tahun 2022.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut Bahruddin Siregar menyampaikan stok beberapa komoditas strategis aman untuk bulan Januari hingga Maret 2022. Untuk beras surplus lantaran produksi sebesar 688.213 ton dan kebutuhan hanya 483.261 ton. Jagung jumlah produksi 397.066 ton dan kebutuhan 370.695 ton. Cabai merah besar produksi 55.114 ton dengan kebutuhan 42.369 ton. Cabai rawit produksi 20.765 ton dan kebutuhan hanya 8.971 ton.
Selain itu, untuk terus menjaga ketersediaan atau stok komoditas pangan di Sumut pada tahun 2022, Pemprov Sumut telah menyiapkan berbagai bantuan yang akan disalurkan ke seluruh kabupaten/kota. Di antaranya benih padi sebanyak 306 ton, benih jagung 37,5 ton, benih kedelai 12 ton, benih cabai merah 920 sachet benih, benih bawang merah 63 ton, dan benih kentang 10,5 ton. (RR)